Month: August 2013

[Book Review]: Cinta Abadi Laila Majnun karya Nizami Fanjavu

Book Review

Cinta Abadi Laila Majnun karya Nizami Fanjavu

oleh

Feti Habsari @fetihabsari

Image

Judul: Cinta Abadi Laila Majnun
Penyusun: Nizami Fanjavu
Penerbit: Ikhlas Media ( cetakan 1, Oktober 2013 )
Halaman: 250 hal
ISBN : 978-602-18047-6-6

Buku “Cinta AbadI Laila Majnun” ini merupakan terjemahan dari ‘Layla and Majnun’ terbitan Blake Publishing, yang telah diperkaya dari buku bahasa Arab, Al-Hubb Al-Khalid QaiswaLaila, terbitan Dar Al-Kutub Al-`Ilmiyah, Beirut.

“Sepasang kekasih terbaring dalam kesunyian. Disandingkan di dalam rahim gelap kematian. Sejati dalam cinta, setia dalam penantian. Satuhati, satujiwa di dalam surga keabadian.”

Kisah ini diambil dari cerita rakyat Arab yaitu kisah mengenai Majnun yang telah melegenda, sang penyair yang ‘gila cinta’, dan Laila, gadis padang sahara yang kecantikannya sangat terkenal.

Alkisah, hiduplah seorang pemimpin suku (kabilah) yang masyhur dan disegani. Kabilah Bani Amir berasal dari kota Najd, dan pemimpinnya bernama Al-Mulawwah bin Muzahim. Namun ia merasa belum sempurna karena tidak memiliki seorang putera. Ia selalu berdoa, berpuasa dan berderma. Hingga akhirnya lahirlah seorang putera yang ia beri nama Qais. Qais tumbuh menjadi laki-laki yang sangat tampan. Ketampanannya bahkan menjadi bahan pembicaraan orang-orang.

Suatuhari, di sekolah, sang guru memperkenalkan siswi baru, seorang gadis yang sangat cantik. Namanya adalah Laila. Qais dan semua siswa laki-laki seketika itu juga langsung jatuh hati pada kecantikan Laila.

Laila adalah putri dari Mahdi bin Sa’ad bin Mahdi bin Rabi’ah. Mahdi adalah paman Qais. Ternyata, perasaan Qais tak bertepuk sebelah tangan. Laila juga jatuh hati pada Qais. Orang-orang berkata bahwa cinta pertama adalah yang terindah, penuh kenangan dan kebahagiaan yang tidak akan pernah punah. Hal ini bagi Qais dan Laila benarlah adanya.

Ketika usia Laila beranjak dewasa, maka Laila pun tidak diperkenankan keluar rumah dan bergaul sembarangan. Sejak saat itulah hubungan mereka menjadi terputus sudah.

Sedangkan Qais yang terlanjur dimabuk cinta, tak mampu lagi membendung rasanya pada Laila. Ia selalu memuji kecantikan Laila. Kidung-kidung cinta untuk Laila tak hentinya keluar dari mulutnya. Orang-orang mulai menggunjingkan tingkah aneh Qais. Hingga akhirnya mereka memanggil Qais dengan sebutan Majnun = si gila.

Ketika Laila menyembunyikan tangisan luka dihatinya. Qais justru menunjukkannya secara terang-terangan. Qais berkelana dari satu tenda ke tenda lain, mengarungi sahara dengan ratapan kidung cinta yang tiada henti dia ucapkan. Matanya selalu basah oleh air mata kerinduan dan hasrat cinta.

Kini, Qais telah benar-benar menjadi Majnun. Si gila karena ulah cinta. Namun, banyak orang kagum pada syair-syair cinta yang telah diciptakan oleh Majnun. Majnun hidup di jalanan dengan baju yang tak layak, dan keadaan yang sangat memprihatinkan.

Ayahnya mencoba melamar Laila untuk menikah dengan Qais. Ayahnya berharap, hanya dengan mempersatukan merekalah Majnun bisa kembali menjadi Qais. Namun, lamaran itu ditolak mentah-mentah oleh ayah Laila.

Kemudian Qais bertemu dengan Naufal( PangeranPemberani ) yang telah menjadi sahabatnya, dan berjanji untuk memerangi kabilah Laila agar orangtua Laila mau menerima Majnun. Namun usaha ini juga kandas di tengah jalan.

Qais kembali lagi pada kehidupannya yang takteratur. Terlebih ketika ia telah ditinggal meninggal oleh ayahnya, keinginan Qais untuk mengucilkan diri dan hidup di belantara semakin kuat.

Setelah ayahnya meninggal, kemudian ibunya pun menyusul ke alam kematian. Majnun tambah terpukul. Kehidupannya kini hanya berteman dengan para binatang-binatang buas yang selalu setia menjadi pengikutnya.

Lalu, tibasaatnyaIbnu Salam ( suamidariLaila ) meninggal dunia. Laila benar-benar merasa telah terbebas dari jerat penjara yang telah bertahun-tahun. Namun, perlahan-lahan keadaan tubuh Laila semakin melemah. Ajal pun telah dekat dengannya. Hingga akhirnya ia meninggal Dunia.

Majnun yang mengetahui berita kematian Laila langsung berlari menuju makan Laila diikuti oleh segerombolan hewan-hewan yang setia mengawal Majnun. Majnun masih berada di atas pusara Laila. Ia hanya seorang diri di sana. Sudah beberapahari ia menemani kuburan kekasihnya. Ia menangis dan meratap, menjerit-jerit, merintih pedih. Ia memanggil-manggil nama Laila.

Berangsur-angsur tubuh Majnun bertambah lemah, ia sadar bahwa perjalanan hidupnya telah mencapai penghujungnya. Majnun menutup matanya dan berbaring di atas pusara Laila, mendekapkan tubuhnya kepada tanah pusara itu dengan segenap tenaganya yang tersisa. Bibirnya yang kering bergerak-gerak dalam doa yang lirih. Lalu, sambil mengucapkan kata-kata, “Laila, kekasihku…” ruhnya pun terbebas, dan kini ia telah tiada.

***

Sebagian ahli bahasa dan penyair telah menyandingkan Laila Majnun sebagai sebuah mahakarya sastra yang mirip dengan Romeo Juliet. Padahal keduanya berbeda. Jika keberanian dan proaktifnya Romeo untuk mengejar Juliet berakhir dengan tidak sempatnya keduanya menikah, sementara Majnun lebih bersifat pasif dalam memperjuangkan Laila.

Nizami adalah seorang sufi dari Persia. Ia juga terkenal sebagai seorang penyair.

Menurut Nizami, kisah cinta Majnun terhadap Laila adalah metafora cinta Majnun terhadap Tuhan. Menceritakan betapa tulusnya cinta Majnun kepada Laila, dan begitu juga sebaliknya.
Buku ini berisi kata-kata yang puitis. Recomended buat yang suka bacaan dengan kata-kata yang puitis. Warna kertas dan ukuran hurufnya juga nyaman buat mata…

Kekurangan:
Alur ceritanya lambat dan bikin ngantuk. Saya suka sama kata-kata yang puitis macam ini, tapi entah kenapa setiap baca beberapa halaman pasti ngantuk ._.)

3,5 of 5 stars

___

[Program]: LELANG BUKU BAYAR DENGAN CERITA CINTA TANPA KATA CINTA. BERANI?

Halo, L… Bagaimana kabar kalian semua? Kira-kira ada yang mau 7 buku dibawah ini gak ya? 😀

lelang

Pada kesempatan kali ini, Mas Yayan Sopyan mau melelang 1 (satu) paket buku. Kamu tak perlu menawarnya dengan uang. Tawarlah paket buku yang dilelang ini dengan karya tulis terbaikmu. Mas Yayan sendiri yang akan memilih satu karya tulis peserta lelang sebagai pemenang lelang.

Ketentuan lelang:

A. Paket buku yang dilelang terdiri dari buku:

1. “When Friendship Hurts” karya Jan Yager,

2. “The Godfather -skenario film” karya Mario Puzo & Francis Ford Coppola,

3. “Kuda Terbang Maria Pinto” karya Linda Christanty,

4. “Senapan Cinta” karya Kurnia Efendi,

5. “Menggarami Burung Terbang” karya Sitok Srengenge,

6. “Centhini –  Minggatnya Cebolang” karya Elizabeth D. Inandiak, dan

7. “Centhini – Ia yang Memikul Raganya” karya Elkizabeth D. Inandiak.

 

B. Peserta lelang terbatas untuk anggota grup LoBALoID (WA & milis)

C. Peserta lelang hanya boleh mendaftarkan paling banyak 2 (dua) karya tulis

D. Karya tulis yang didaftarkan harus berupa cerita dengan tema CINTA.

E. Karya tulis yang didaftarkan boleh fiksi maupun non-fiksi; berupa cerita pendek, memoar, maupun features.

F. Karya tulis yang didaftarkan bukan merupakan kelanjutan dari karya tulis lain; bukan juga cerita bersambung.

G. Karya tulis yang didaftarkan tidak boleh mengandung kata CINTA, SAYANG, KASIH, PACAR dan turunannya maupun kata gantinya dalam bahasa daerah dan bahasa asing.

H. Karya tulis yang didaftarkan merupakan karya asli peserta lelang; bukan hasil saduran maupun terjemahan.

I. Panjang maksimum karya yang didaftarkan adalah 1.700 kata.

J. Karya tulis yang didaftarkan harus dipublikasikan di blog peserta lelang masing-masing.

K. Peserta lelang harus mendaftarkan karya tulisnya dengan cara mengirimkan judul dan URL/link blog ke Iyut paling lambat 31 Agustus 2013 melalui email ke lovebooksalot.id@gmail.com dan Nomor WA LoBaLoID (08-999-611-439).

L. Seluruh peserta lelang beserta karya tulis yang didaftarkannya akan diumumkan pada 1 September 2013 di WA dan milis. Jika ada peserta lelang yang belum tercatat, maka koreksi hanya bisa dilakukan pada hari yang sama dan setelah mendapat konfirmasi dari Iyut.

M. Penilaian akan dilakukan dengan memperhatikan setting, tokoh, konflik dan alur cerita.

N. Pemenang lelang akan diumumkan selambatnya 15 September 2013.

O. Jika hanya ada satu peserta lelang pada batas akhir pengiriman karya, maka satu-satunya peserta itu akan langsung menjadi pemenang lelang tanpa perlu penilaian.

P. Hak cipta atas masing-masing karya tetap ada pada penulisnya.

 

Jadi, tunggu apa lagi? Semangat berkarya yaa… \(^^)/*

 

 

[FF-Demigod]: Aula dan Pohon Awal Mula

Aula dan Pohon Awal Mula

Oleh

Lihn – @o_lihn

 

final-fantasy-wallpaper-games-pixel-wallpapers-large-character-array-wallwuzz-hd-wallpaper-5558

Dengan hanya mengandalkan cahaya api dari obor yang Si Kakek pegang, mereka berjalan di lorong yang gelap dan sempit. Langkah kaki mereka cepat dan rapat. Jubah yang mereka kenakan berkelebat, menimbulkan bunyi yang cukup keras. Tapi tidak lebih keras dari suara-suara di atas mereka; beberapa meter di atas mereka; di dalam istana.

*

Para Pohon, penduduk asli planet ini, telah sampai pada puncak kemarahan. Kini mereka melakukan pemberontakan. Mereka membakar, menghancurkan, segala yang ada di dalam istana. Para prajurit, panglima, bahkan Sang Raja sendiri telah tewas dibunuh oleh mereka. Nasib yang sama juga terjadi pada Sang Ratu. Ia tewas tertembus panah yang diarahkan Pohon kepadanya ketika akan lari. Satu-satunya yang tersisa dari keluarga kerajaan hanyalah Sang Pangeran. Dan kini, ia tengah menjadi incaran.

Berbeda dengan Sang Raja atau Sang Ratu, yang ketika terjadi pemberontakan tengah asik berpesta, Sang Pangeran sendiri tengah asik tenggelam dalam dunianya; buku-buku; pengetahuan; hal-hal baru. Ia begitu mencintai semua itu. Karenanya, ia pun memilih berdiam di dalam kamar daripada berpesta di istana.

Ia begitu terkejut, ketika tiba-tiba saja Si Kakek berlari masuk ke dalam kamarnya. Tanpa memberikan penjelasan yang lebih dari sekadar, “Pemberontakan! Kita harus lari, Pangeran!” Si Kakek menarik paksa tangan Sang Pangeran.

*

Tanpa mengurangi kecepatan, antara sebentar, Si Kakek dan Sang Pangeran, menoleh ke belakang. Tidak ada yang mengikuti. Tapi mereka tidak berhenti. Mereka terus dan terus berjalan.

“Kakek, sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa tiba-tiba para Pohon menyerang?”

Si Kakek diam, terus menatap ke depan, terus berjalan.

“Kakek, sebenarnya ada apa? Bagaimana dengan Ayah-Ibuku?”

“Nah! Kita sudah sampai, Pangeran,” kata Si Kakek, tanpa memedulikan pertanyaan Sang Pangeran sebelumnya. Sang Pangeran mengernyitkan kening. Tak ada pintu di sana; hanya ada tembok yang berdiri kokoh di hadapannya. “Tolong, Pangeran pegang obor ini!”

Si Kakek menutup mata,  merapal mantra, menyentuh tembok itu dengan tangan kanannya, dan tiba-tiba … tembok itu membuka; memperlihatkan apa yang disembunyikannya. Sebuah ruangan setengah bola bercat putih yang terang, lengang, yang tidak ada apa pun selain pohon tua dan sebuah bola bercahaya yang melayang beberapa meter di atasnya, terletak di tengah ruangan. Pohon itu begitu besar; begitu rimbun. Di pangkal pohon itu, terdapat sebuah rongga yang terbentuk dari akar-akar yang mencuat dari dalam tanah. Akar-akar yang besar itu seolah sengaja membuka, membentuk pintu yang cukup besar—cukup untuk dimasuki orang dewasa.

“Mari, Pangeran!” kata Si Kakek, lalu berjalan. Sang Pangeran pun mengikuti dengan masih tercengang. Mereka berhenti tepat di depan rongga pohon yang besar itu.

“Sebenarnya, tempat apa ini, Kek? Dan … pohon apa ini? Kenapa begitu besar?”

“Tempat ini disebut Aula dan pohon ini adalah Pohon Awal Mula.”

“Apa? Bukankah itu hanya dongeng?”

“Apa yang kita lihat ini bukanlah sekadar dongeng, Pangeran. Ini adalah kenyataan. Kamilah yang membuat tempat bernama Aula dan Pohon Awal Mula ini terdengar seperti dongeng.”

“Apa?”

Si Kakek menunduk lesu, mengembuskan napas, lalu ia pun mulai bercerita.

“Dahulu kala, kita, para manusia, bukanlah lahir di planet ini. Kita lahir di sebuah planet yang jauh, jauh sekali, sebuah planet di galaksi yang bernama Bimasakti. Planet kita yang sebelumnya telah rusak, hancur, karena ulah kita sendiri. Sebelum planet itu benar-benar hancur, para Tetua mengambil tindakan; mereka membuka gerbang teleportasi dan mengirim para manusia yang tersisa ke planet lain.”

“Planet ini?”

“Ya, planet ini. Entah bagaimana, tapi gerbang teleportasi itu terhubung dengan pohon besar ini. Dan ruangan ini … Kakek dari Kakek Buyutkulah yang membuatnya, memasang mantra-mantra, menciptakan sumber cahaya buatan. Ia melakukan semua itu, semata-mata agar pohon ini tetap hidup dan,” wajah Si Kakek kembali tertunduk, “rahasia tentang siapa kita terlindungi.

“Beliau terlalu angkuh untuk mengakui bahwa kita, dirinya, hanyalah pendatang. Meski demikian, di dalam hati kecil beliau, beliau mengakui semua itu—meskipun itu hanya untuk dirinya sendiri, terbukti dengan masih berdirinya pohon ini sampai sekarang.”

“Dan agar rahasia tentang siapa kita semakin aman, kalian membuat dongeng Aula dan Pohon Awal Mula?”

“Ya. Itulah yang sebenarnya, Pangeran.”

Hening. Mereka berdua sama-sama tertunduk. Diam. Tidak lama kemudian, sesungging senyum tampak di bibir Sang Pangeran.

“Jadi, kita telah melakukan hal yang sama dengan leluhur kita, ya?”

**

Mendesah, Lio menutup bukunya; 1001 Flash Fiction Fantasy.  Ia letakan buku itu di atas meja, berdiri, berjalan ke arah jendela, memandang cakrawala, tersenyum.

“Apa kau bisa membayangkan semua ini, Kakek?

“Bahkan, di planet ini.”

 

-End-

 

 

[FF-Demigod]: Sudut Terkecil di Artemia

Sudut Terkecil di Artemia

oleh

Anila Tavisha – @rayfarahsoraya

Fantasy-Wallpaper11

Benita terbangun secara tiba – tiba, bajunya kuyup oleh keringat. Pikirannya masih jelas mengingat seluruh alur cerita mimpi tadi, begitu jelas, tanpa cela. Bahkan Benita bisa melihat warna di mimpinya.

“Mimpi itu lagi..” Kemudian Benita beranjak dari tempat tidurnya, menuju ranjang yang tidak jauh dari ranjangnya. Namun tidak pelu usaha besar untuk membangunkan saudara kembarnya tersebut, karena Fidel sudah duduk memunggunginya, menghadap tembok, dan menunduk. Bajunya juga kuyup dengan keringat.

“Kamu juga bermimpi yang sama?” Benita menghampiri Fidel, dan memegang tangan saudara kembarnya yang berpeluh deras. Fidel menganggukkan kepalanya, lemas, lelah.

 ‘Jangan percaya sihir. Bunda kalian adalah penyihir. Buku terkutuk!! Biarkanlah kalian tinggal di sini dan Bibi ajarkan bagaimana hidup seperti manusia, pada umumnya!!’

Benita kembali teringat perkataan Bibinya, rumah yang mereka berdua tinggali saat ini. Buku – buku yang selalu disebut oleh Bibinya, buku terkutuk, yang sampai saat ini mereka berdua belum pahami.

Dan mereka harus mencari tahu secepatnya, Bundanya yang menghilang tiba – tiba dari setahun yang lalu dan segalanya yang begitu misterius di rumah ini.

***

Benita dan Fidel bermimpi aneh malam itu, di dalam mimpinya, Bibi Nuga meletakkan satu buku besar peninggalan Bunda di satu ruangan kecil di bawah tanah – tempat yang sama sekali tidak boleh mereka datangi. Dalam mimpinya, Benita dan Fidel seakan berperan menjadi Bibi Nuga. Bibi Nuga membuka pintu kamar mereka berdua, mengecek apakah mereka berdua sudah tidur. Lalu melalui tangga kayu tua yang berderit di setiap pijakannya, Bibi Nuga menangis, sambil hati – hati membawa buku tersebut di tangannya.

“Caramu salah, Ametha.” Bibi Nuga menatap buku usang itu, lalu menyimpannya di bawah tungku pembakaran. Di bawah tersebut terdapat satu lubang besar yang samar, tertutupi abu kayu bakar, yang pas dengan buku tersebut. Diletakannya hati – hati dan ditutup oleh lapisan besi tebal lalu bergegas Bibi Nuga menyamarkan lubang tersebut dengan jelaga dan debu – debu lalu kembali ke atas.

***

“Mimpi itu nyata, Fidel.” Fidel mengangguk, setuju dengan saudaranya.

“Apa jangan – jangan kita berdua memang penyihir? Jadi kita diberikan kemampuan untuk melihat hal seperti itu lewat mimpi?”

Fidel menggedikkan bahu, namun matanya awas menatap jendela yang menyajikan pemandangan pekarangan rumah Bibi Nuga. Dari atas terlihat Bibi Nuga memulai rutinitasnya, belanja ke pasar, setelah memastikan Fidel dan Benita masih terlelap.

Setelah Bibi Nuga dipastikan sudah pergi, Fidel dan Benita menuju ruang bawah tanah. Terburu – buru, karena dikejar waktu sampai Bibi Nuga kembali, Fidel dan Benita setengah berlari ke ruang tengah, lalu menuju tangga ke ruang bawah tanah yang tidak jauh dari dapur. Lorong menuju ruangan dengan kegelapan total dan pintu besi. Namun cerobohnya Bibi Nuga meninggalkan kunci dalam keadaan masih tergantung di lubangnya.

“Ayo, dibuka.” Benita memburu kakaknya.

Kriiit..

Ruangan tersebut remang, ada cahaya kecil dari lampu minyak. Bagai terhipnotis, Benita dan Fidel menuju penyimpanan di bawah tungku, mata mereka terpejam. Mencoba memanggil lagi kembali memori dari mimpi tentang Bibi Nuga semalam.

Fidel menemukan buku tersebut, buku usang dengan kertas yang sudah menguning, berwarna biru, dengan gembok emas di depannya.

Fidel menatap Bineta cemas, membutuhkan dukungan bahwa mereka harus membukanya, agar mendapatkan jawaban. “Buka.” Bineta mengangguk mantap.

Perlahan Fidel membuka gembok buku tersebut, lalu muncullah pemandangan menakjubkan dari buku tersebut. Secara cepat unicorn, nymph, naiad keluar dari buku tersebut. Dengan gerakan anggun, satu centaur jantan menghampiri mereka berdua, menatap dengan tajam.

Fidel dan Bineta masih terkesima, tidak dapat berkata apa – apa. Nymph memutari tubuh Fidel dengan lembut, melantunkan senandung syahdu yang berlum pernah Fidel dengar sebelumnya.

“Tempatmu bukan di sini, ikutlah dengan kami menuju Artemia, wahai Anak Adam dan Hawa.”

“Ibumu di sana.” Benita melempar pandangan ke segala arah, mencari darimana suara itu berasal, dilihatnya peri mungil yang muncul di permukaan buku tersebut, wajahnya ceria.

“Bundamu merindukan kalian, ayo lekas pulang.” Peri tersebut berbisik nyaring ke kuping Bineta.

Entah karena mendengar Bunda mereka di balik buku tersebut, atau begitu menyenangkannya makhluk – makhluk ini, Benita dan Fidel merasakan sensasi yang berbeda, mereka merasa akan menuju ke rumah, benar – benar rumah.

Maka Bineta dan Fidel mengangguk mantap, dan melompati buku tersebut. Menuju dunia baru di mana Bundanya berada dan merasakan sebenar – benarnya rumah.

***

“Anak-anak bodoh.”

Bibi Nuga menemukan buku tersebut sudah teronggok di luar lubang tersebut, menemukan kedua anak tersebut menghilang.

Mereka memang penyihir, di Artemia mereka seharusnya berada, dengan Bunda mereka.

Aku menyalahi takdir, Penyihir yang mencoba hidup seperti manusia.

-End-

[Book Review]: The Great Gatsby by F. Scott Fitzgerald

BOOK REVIEW

oleh

Lina Handriyani (@linhandc)

Judul : The Great Gatsby Penulis : F.Scott Fitzgerald Penerjemah 	: Sri Noor Verawaty Penerbit 	: Serambi ilmu Semesta Cetakan 	: I, Oktober 2010 Tebal 		: 286 hlm ISBN		: 978-979-024-192-3

Judul : The Great Gatsby
Penulis : F.Scott Fitzgerald
Penerjemah : Sri Noor Verawaty
Penerbit : Serambi ilmu Semesta
Cetakan : I, Oktober 2010
Tebal : 286 hlm
ISBN : 978-979-024-192-3

The Great Gatsby merupakan salah satu karya literatur klasik terbaik Amerika setelah Ullysses (James Joyce). Ditulis oleh F. Scott Fitzgerald, penulis “The Curious Case of Benjamin Button” yang telah difilmkan. Novel inipun telah diadapatasi ke dalam film pada tahun 1974 dan difilmkan kembali pada tahun 2013 dengan Leonardo DiCaprio sebagai Jay Gatsby.

Novel ini menggambil setting tahun 1922 masa setelah Perang Dunia I. Menyoroti kehidupan kalangan-kalangan atas Amerika dan fenomena hilangnya nilai-nilai sosial dan moral serta merebaknya keserakahan dan perselingkuhan dikalangan mereka.

Bercerita tentang Gatsby dari sudut pandang Nick Carraway, seorang pialang saham lulusan Yale University, yang baru pindah ke West Egg dan menempati bungalow kecil di samping rumah megah dan mewah milik Gatsby, lelaki misterius yang namanya begitu populer dikalangan atas karena hobinya mengadakan pesta mewah tiap akhir pekan. Pesta yang dihadiri oleh hampir semua keluarga bangsawan dan jutawan yang menyediakan minuman beralkohol yang tak pernah habis. Pesta dengan music-musik yang secara khusus dibawakan oleh band ternama dan selalu dimeriahkan dengan pesta kembang api. Meski rumahnya menjadi lahan pesta tiap akhir pekan, tak banyak diantara mereka yang mampu menjamah Gatsby. Jay Gatsby, jutawan muda, tampan dan mempesona yang misterius. Yang sosoknya seringkali dilihat Nick sedang berdiri mematung sambil memandang di satu titik diseberang lautan. Penuh rahasia dan rasa sakit.

Rahasia dan rasa sakit Gatsby baru terungkap setelah Nick berkunjung ke rumah sepupunya, Daisy, di East Egg. Daisy menikah dengan seorang jutawan kaya dari Chicago yg bernama Tom Buchanan. Sayangnya Tom berselingkuh dengan istri pemilik bengkel mobil. Pernikahan itulah yang membuat Gatsby berusaha keras agar bisa kaya dan bisa memenangkan cinta Daisy lagi. Karena selama ini Daisy lah yang selalu ada di hatinya.

Ketika Gatsby mengetahui bahwa Nick adalah sepupu dari Daisy, Gatsby mulai mendekati dan membuka diri pada Nick. Gatsby berharap Nick mau menolongnya untuk bertemu lagi dengan Daisy dan memenangkan hatinya karena dia kini telah menjadi jutawan seperti Tom. Nick pun menolongnya dan mereka pun akhirnya bertemu. Mereka menjalin affair namun sayangnya Gatsby tak memahami bahwa Daisy tak lagi mencintainya seperti dulu. Tapp Gatsby tak peduli. Dia bahkan rela mengorbankan dirinya demi kesalahan yang dilakukan oleh Daisy. Pada akhirnya Gatsby meninggal tanpa ada seorangpun disampingnya.

Membaca novel ini berasa berjalan bersama siput. Alurnya begitu lambat di awal. Gatsby yang menjadi inti utama novel ini hanya berupa puzzle di bab2 awal. Lebih banyak bercerita ttg tentang tokoh2 lain yang nantinya saling berhubungan dengan Gatsby. Puzzle Gatsby mulai terlihat setelah bab 4. Setelah bab itulah saya mulai penasaran dan ingin membaca kelanjutannya hingga akhir. Melengkapi puzzle tentang Gatsby. Ini novel klasik pertama yang saya baca. Membaca bab awal novel ini serasa begitu membosankan. Bagi saya yang termasuk slow reader butuh waktu kurang lebih 2 minggu untuk menyelesaikan novel 286 halaman ini. :’)

Membaca novel ini membuka wawasan kita tentang gaya hidup tahun 20-an yang dideskripsikan dengan baik dan detail oleh Fitzgerald. Permasalahan-permasalahan sosial yang timbul setelah perang dunia I yang begitu kompleks, mulai dr gaya hidup hingga permasalahan sosial yg muncul kala itu juga terangkum dalam novel ini. Kerja keras Gatsby untuk menjadi kaya dengan menghalalkan segala macam pekerjaan dan rasa cintanya yang tak pernah hilang untuk Daisy, serta kelicikan Daisy dan Tom ketika mereka meninggalkan Gatsby disaat pemakamannya. Bagi penyuka karya klasik, novel ini bisa masuk dalam daftar bacaan Anda.

Kekurangan:
Alur berjalan lambat dan beberapa bagian bertele-tele (menurut saya dan Rakhmad juga – thanks to Rakhmad). Terkesan membosankan dan bisa membuat kita menutup buku ini dan enggan membukanya lagi.

Kelebihan:
Cara pengungkapan siapa sebenarnya Gatsby yang serupa puzzle. Hanya sekilas-sekilas di tiap bab. Jadi membuat siapapun yang ingin tahu siapa Gatsby dan sejarah hidupnya harus membaca nya sampai halaman terakhir. Kalo istilahnya (sekali lagi) Rakhmad: unsur curiosity nya keren. Selain itu juga ada catatan kaki di halaman belakang yg membuat kita memahami detail cerita.

[Book Review]: ‘Never Let Me Go’ – Jangan Lepaskan Aku karya Kazuo Ishiguro

Book Review

oleh

Nina Y Purwanto (@NinaYPurwanto)

Image

Judul : Never Let Me Go – Jangan Lepaskan Aku
Pengarang : Kazuo Ishiguro
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta, September 2011
Tebal : 358 halaman

Never Let me Go adalah salah satu novel dystopia karangan Kazuo Ishiguro, seorang novelis Jepang berkewarganegaraan Inggris.

Menurut wikipedia, dystopia adalah “sebuah visi, biasanya tentang masyarakat masa depan, yang berkembang sebagai versi negatif utopia”. Dystopia juga biasanya berdasarkan kontrol sosial yang represif, hilangnya kebebasan individual dan ekspresi serta selalu didalam keadaan perang/kekerasan.

Dalam novel Never Let Me Go ini, mengambil arti dystopia yang sederhana yaitu sebuah visi masa depan yang negatif karena hanya menggunakan elemen dystopia tanpa latar belakang perang/kekerasan.

Novel ini terbagi menjadi 3 bagian.
Bagian pertama berkisar pada tahun 1970an bercerita tentang kehidupan ketiga tokoh utama. Kathy, Ruth dan Tommy ketika menghabiskan masa kecilnya di Hailsam. Hailsam adalah sebuah sekolah yang berada dipedalaman negara Inggris, jauh dari hiruk pikuk kota besar. Bedanya dengan sekolah umum, murid-murid Hailsam diisolir dari dunia luar, mereka hanya hidup dilingkungan sekolah dan diawasi oleh para guardian. Tapi walau terisolir, di Hailsam mereka dirawat dengan baik. Mereka mempelajari seni, olahraga dan ilmu pengetahuan seperti umumnya siswa disekolah lainnya. Murid-murid diawasi secara ketat terutama soal kesehatan. Tidak diperbolehkan merokok dan rutin menyantap makanan bergizi.

Hingga diketahuilah suatu rahasia, bahwa mereka, para murid, sebenarnya bukanlah manusia normal. Mereka adalah kloningan yang diciptakan khusus agar saat nanti mereka dapat mendonorkan organ-organ mereka. Dan secara tersurat, mereka diciptakan untuk rela mengorbankan nyawa bagi orang lain.

Bagian kedua cerita merupakan 7 tahun setelah mereka lulus dari Hailsam dan ditempatkan di The Cottage. The Cottage berada disebuah pedesaan dimana mereka menunggu saat pendonoran mereka tiba.
Kehidupan saat mereka dewasa di The Cottage lebih complicated, karena diwarnai cinta segitiga yang rumit antara Kathy-Tommy-Ruth. Hingga Kathy akhirnya memutuskan memberi jarak kepada Tommy dan Ruth. Kathy kemudian meninggalkan The Cottage dan menjadi perawat khusus yang merawat para pendonor organ.

Bagian ketiga certa berada di era tahun 1990an. Kathy telah menjadi perawat yang sukses dan mendapat penangguhan masa donasi. Sedangkan, Ruth dan Tommy tengag bersiap menjadi pendonor dan sebelumnya mereka telah menjalani 2x masa donasi sehingga keadaan mereka telah memburuk. Sebagai perawat dengan reputasi yang baik, Kathy dapat memilih pasiennya, ia akhirnya memutuskan untjk merawat Ruth dan menjadi langkah awal untuk memperbaiki hubungan mereka yang sempat renggang. Selama masa perawatan ini, Ruth mengungkapkan penyesalan, ia mendorong Kathy untuk menemui Tommy dan mengejar hubungan bersama Tommy. Ruth juga mendorong Kathy agar mencari penangguhan wakty untuk Tommy agar mereka memiliki waktu untuk bersama.
Hailsam akhirnya ditutup karena adanya perubahan opini publik, bahwa Hailsam adalah eksperimen gagal dalam dunia kloning.

Pada akhir bab ini juga akhirnya diketahui untuk apa karya-karya seni murid seperti lukisan dan puisi dikumpulkan, yaitu untuk membuktikan bahwa kloningan juga memiliki jiwa.

Novel ini berakhir dengan kematian Tommy setelah pendonorannya yang terakhir dan kathy yang tetap bersiap-siap untuk mendonasikan organnya.

Hal menarik dari novel ini adalah bahwa novel ini ditulis oleh Ishiguro sebagai sebuah kritik terhadap antroposentrisme. Antroposentrisme : suatu gagasan etis dengan mengorbankan binatang non manusia sebagai sebuah kebutuhan dalam kehidupan manusia itu sendiri. Dan bedanya dengan novel dystopia lainnya, novel karya Ishiguro ini tidak menampilkan tema pemerintahan yang mengekang dan refresif.

Kekurangan dari novel ini adalah di awal-cerita saya merasakan alur cerita yang  lambat. Banyak detil masa lalu yang dinarasikan oleh Kathy terasa sedikit membosankan, tapi ketika kita terus membacanya dan menghiraukan beberapa keanehan cerita yang membuat kita curiga dan mengira-ngira isi cerita, lalu voila! Kita masuk ke inti cerita dan dari situlah cerita jadi terlihat sangat berbeda dari sebelumnya.

Novel ini begitu sedih, tokoh-tokohnya begitu pasrah menerima nasib mereka sebagai makhluk kloning, walau tetap ada sedikit pertahanan akan kehidupannya dan tentu saja kisah cinta segitiga.

Novel Never Let Me Go ini diterbitkan pada tahun 2005 dan mendapatkan pujian luas dari kritikus literatur dunia. Time magazine menggelarinya sebagai novel terbaik ditahun 2005 dan memasukkannya dalam Time 100 Best English-Language Novel from 1923 to 2005.

Never Let Me Go telah diangkat ke layar lebar pada tahun 2011 oleh sutradara Mark Romanek.

“We all complete. Maybe none of us really understand what we’ve lived through or feel we’ve had enough time”

[Book Review]: JANGAN BERKEDIP! Kumpulan Cerita SANGAT Pendek Yang Mengejutkan

Book Review

Oleh : Maya (@non_maya)

Image

Identitas Buku
Judul : JANGAN BERKEDIP! Kumpulan Cerita SANGAT Pendek Yang mengejutkan
Penulis : primadonna angela mertoyono & isman hidayat suryaman
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit : 2006Tebal Buku : 200 hlm; 18 cm

Jangan berkedip! Sesuai judulnya buku ini membuat saya betul-betul tidak berkedip dan tidak berhenti terkejut. Buku ini berisi 63 flashfiction yang sangat pendek dan sangat mengejutkan.

Flashfiction paling pendek dengan 1 kata, Sedangkan cerita paling panjang adalah Jangan Panggil Aku “Pak” dengan 1418 kata.

Ada beberapa cerita yang di tulis dengan bentuk yang berbeda dengan lainnya. Seperti pada cerita. Ya (sebuah skrip), penceritaannya seperti model skrip untuk pemain film. Contohnya: siang – Sebuah pulau di antah berantah, Kita melihat pantai sebuah pulau terasing.

Mendekatinya, kita melihat sebuah gubuk kayu tak jauh dari pesisir….. Lain lagi pada cerita Jadwal Hari Ini. Bentuknya seperti jika kita membuat jadwal harian lengkap dengan tanda cawangnya. Lain lagi di cerita Manejemen Angkara. Dibuat seperti diary lengkap dengan jamnya. Contohnya: Hai. Ini tulisan pertama gua. Nulis karena dipaksa. Bagian dari kelas anger management. Udah. Hari pertama. 18:23 PM. Oh, ya. Gua harus nulis kapan ngisinya. Tuh diatas.

Di buku ini POV yang digunakan adalah sudut pandang pertama, contohnya ada cerita berjudul Malaikat Pelindung Isi: beginilah akhirnya. Aku memang harus berhenti disini. Pov 3 di salah satu cerita Rencana Foolproof.

Cerita yang saya suka adalah Soka Cinta. Kisahnya tentang lebah madu yang mencintai bunga soka dan ia mau soka hanya menjadi miliknya. Tidak lagi berbagi dengan lebah atau kumbang lainnya. Cerita lain yang menarik adalah Jangan Ganggu: Sedang Bunuh Diri. Cerita ini di tulis dalam kolom-kolom berbentuk percakapan. Mengisahkan pria yang ingin bunuh diri bertemu dengan Azad yang ingin memotret pemandangan saat senja yang terhalang badan si orang yang ingin bunuh diri. Pria yang merasa heran kenapa azad tidak menghentikan keinginannya untuk bunuh diri karena beranggapan bahwa bunuh diri itu pilihannya. Yang lucunya pria dan Azad masih sempat memperdebatkan tentang kamera yang di pergunakn oleh azad.

Rating yang saya berikan untuk buku ini 3.5 dari 5. Buku ini cocok untuk dibaca kalangan muda yang sibuk dan sedikit waktu. Sedangkan kekurangannya, menurut saya dikarenakan ceritanya yang sangat singkat bahkan 1 kata malah membuat saya sedikit bingung ketika satu cerita belum berhasil saya cerna sudah dsodorkan cerita lain.

[Book Review]: Dunia di Dalam Mata karya Agus Noor, M. Aan Mansyur, Eka Kurniawan, Clara Ng, Chi Eru, Ria Soraya, dkk. oleh Haqi Zou

Book Review

Dunia di Dalam Mata karya Agus Noor, M. Aan Mansyur, Eka Kurniawan, Clara Ng, Chi Eru, Ria Soraya, dkk.

oleh

Haqi Zou Fadillah (@hqzou)

Image

Judul Buku                  : Dunia di Dalam Mata

Penulis                         : Agus Noor, M. Aan Mansyur, Eka Kurniawan, Clara Ng, Chi Eru, Ria Soraya, dll

Editor                          : Khrisna Pabichara

Penerbit                       : Motion Publishing (@katabergerak)

Cetakan                       : I – Maret 2013

Jumlah Halaman          : x + 282 halaman

Jenis Cover                  : Soft Cover

Kategori                      : Fiksi

ISBN                           : 978-602-95360-5-8

 

Sebagai penikmat fiksi, kalian pasti tahu apa itu akun @fiksimini? Setelah memasuki tahun ketiga pada 2012, akun yang digagas oleh Agus Noor, Clara Ng, dan Eka Kurniawan ini mengadakan kontes cerpen yang bekerja sama dengan penerbit @katabergerak. Hasilnya? Sungguh menggagumkan! Buku kumcer yang kemudian diberi judul Dunia di Dalam Mata ini berisi 22 cerpen dari 18 penulis terseleksi dan 4 moderator @fiksimini (Agus Noor, Eka Kurniawan, Aan Mansyur, dan Clara Eng). Tidak hanya cerpen, buku ini juga menyajikan kumpulan fiksimini yang ditulis oleh Agus Noor dan juga fiksimini-fiksimini terbaik dari 2010 hingga 2012, salah satunya yang ditulis oleh penulis skenario dan sutradara terkenal, Salman Aristo.

Tema: Di dalam buku ini tidak ada tema besar yang diusung. Para kontributor dan penulis terseleksi bebas berkspresi cerita apa saja yang ingin mereka tulis.

Desain sampul dan ilustrasi: Desain sampul dan ilustrasi ini digambar oleh Ellena Ekarahendy. Desain sampulnya sederhana, hanya sesosok kepala manusia dengan garis-garis sebuah gambar mata lalu nama-nama kontributor buku ini. Sementara ilustrasinya-ilustrasinya cukup menarik, ditempatkan sebagai pembatas antara kumcer, fiksimini Agus Noor, kumpulan fiksimini terbaik  tahun 2010, 2011, dan 2012.

Layout: Untuk layout kumcernya terlihat kaku dan monoton karena hanya judul, isi cerpen, dan biodata penulis. Tulisan-tulisan dalam kumcer ini font-nya kecil sehingga para pembaca menjadi jenuh melihatnya. Sedangkan untuk kumpulan fiksimininya font sudah agak besar dan 1 halaman hanya diisi beberapa fiksimini sehingga para pembaca nyaman membacanya.

Cerpen: Overall menurutku cerpen-cerpen yang ada di buku sangat menakjubkan. Bagi aku yang baru belajar menulis cerpen, buku ini sangat recommended karena banyak teknik-teknik menulis yang bisa dipelajari baik dari para penulis senior maupun penulis terseleksi (yang rata-rata bisa terbilang pemula).

Well, nggak semua cerpen di bahas di sini, ada beberapa saja yang menurutku sangat bagus (meski hampir 90% bagus sih), di antaranya.

1. Nyonya Fallecia karya Agus Noor

“… Suami saya suka sekali kucing. Bagi saya, kucing-kucing ini seperti menghubungkan cinta saya dengan suami saya yang sudah mati…”

Apakah Nyonya Fallecia benar-benar seorang tenung atau memiliki ilmu gaib? Apakah benar seperti kata orang bahwa Nyonya Fallecia adalah tukang kawin dan semua suaminya mati?

Agus Noor dalam cerpen ini memainkan genre surrealis yang sering dilakukannya. Cerpen ini mudah dicerna dan membuat pembaca penasaran, siapakah Nyonya Fellecia itu?

2. Kupu-Kupu karya Dian Meilinda

“Jika rumah itu sedemikian memikatnya di mata manusia, tak demikian bagi para serangga, terutama kupu-kupu. Seakan memancarkan aura yang misterius, tak sekali pun aku melihat kupu-kupu cantik terbang melewati pagar rumah itu.”

Apakah sesuatu yang tampak indah dari luar, begitu juga di dalamnya? Apakah keindahan tersebut hanya sebuah jebakan yang menjerat?

Cerpen yang ditulis seorang mahasiswi STAN ini memiliki ending yang tidak tertebak, keren.

3. Dunia di Dalam Mata karya Ria Soraya

“Dulu, semasa hidup, neneknya pernah bercerita bahwa setiap manusia mempunyai dunia di dalam matanya. Dunia yang akan terus bergerak, meski kita kadang-kadang menginginkan tempat itu diam.”

Cerpen ini bercerita tentang seseorang yang mampu melihat sebuah dunia yang sangat indah dari matanya saat ia duduk di sebuah cermin. Tetapi mengapa mata ibunya tidak memiliki dunia indah tersebut dan justru terlihat kelam?

Ria Soraya —yang juga merupakan salah satu kontributor kumcer Semesta Rasa (2013) di mana cerpen aku dan Feti ada di buku tersebut— berhasil membuat cerpen ini sangat menarik untuk diikuti.

4. Riwayat Tiga Codet karya M Aan Mansyur

“Sebelum tidur dan memimpikan kamu, aku ingin menulis cerita. Cerita ini lebih banyak potongan ingatan, meski ada sedikit terselip harapan.”

Dimulai dengan pengertian kata ‘codet’ menurut KBBI, cerpen ini mengisahkan rahasia besar tokoh ‘aku’ tentang sejarah aku dan dua temannya sehingga bisa memiliki codet di wajahnya. Rahasia tersebut sengaja diungkapkan oleh aku kepada calon istrinya agar tak ada lagi yang disembunyikan.

5. Baron karya Chi Eru

“Dia Baron. Sang Penjagal.”

Ini adalah kisah seorang Riska yang harus ditahan karena dituduh membunuh mitra bisnisnya, Tuan Handoko.

Chi Eru yang gara-gara buku ini aku difollow oleh dirinya, heee, berhasil membuatku menerka-nerka siapa sosok Baron tersebut? Hmm..

6. Nasar dan Embun Pagi karya Erka Matari

“’Mbak, lihat ada bangkai anjing dekat sini?’ Wah, orang ini bertanya! Ia menanyakan bangkai! Tak ada orang mulai bercakap dengan pertanyaan itu. Harusnya, ‘Mbak, namanya siapa?’, bukan pertanyaan aneh itu!”

Ini adalah kisah seorang wanita bernama Lina yang kesepian karena ditinggal ibu, bapak, serta suaminya. Dan, seorang polisi yang bertugas mencari bau bangkai anjing di kampung Lina. Apa kaitannya?

Cerpen surrealis yang ditulis oleh Erka Matari ini berhasil membuatku takjub akan endingnya dan juga …… mual!

7. Temui Aku di Busan

“Masih tanpa memandang ke arahku, Donna mengangguk pelan. Ini mungkin berat mengingat bahwa menolak David seperti melepas kemudian membuang David dari permasalahan yang bagiku dialah penyebabnya.”

Cerpen ini mengisahkan seorang kakak yang mesti rela untuk terbang ke Busan, Korea Selatan, demi adiknya. Misi sang kakak hanya satu: meminta pertanggungjawaban kekasih adiknya, David, karena telah menghamili adiknya di luar nikah. Namun di luar dugaan,  sang kakak malah bertemu dengan mantan kekasihnya sendiri yang telah menikah dengan David.

Cerpen ini sebenarnya seperti kalian membaca metro-pop. Namun entah mengapa aku suka cerpen ini, mungkin karena endingnya yang bagus.

8. Cinta, Rumit Sekali karya Fitrawan Umar

“Sekali lagi, manusia memang rumit dan paling senang merumitkan sesuatu.”

Seberapa hebatkah cintamu kepada pasanganmu? Begitu hebatnya sehingga kamu begitu benar-benar terpukul dan tak bisa menerima saat harus kehilangannya? Seberapa mampukah kamu menerima sebuah cinta yang sebenarnya kau tahu cinta itu bukan untukmu –yaa meski kau sangat mencintainya?

Fitrawan Umar menulis cerita ini dari sudut pandang Kelelawar. Ya, Fitrawan menempatkan seekor kelelawar sebagai pencerita. Seekor kelelawar yang menjadi tempat curhat si tokoh lelaki, dan bahkan si lelaki menyangka kelelawar itu adalah kekasihnya yang telah mati yang menjelma menjadi binatang malam itu.

9. Penggali Kubur karya Eka Kurniawan

“Suatu pagi, Si Penggali Kubur menemukan nasi goreng hangat dengan telur ceplok di lantai, di pinggir kasur. Kuning telur itu mirip mata seseorang. Ketika ia menoleh, ia melihat boneka itu duduk di kursi, matanya bolong satu …”

Ini adalah kisah tentang seorang penggali kubur yang hijrah ke Jakarta namun tak kunjung mendapatkan pekerjaan hingga akhirnya dia menemukan sesosok mayat di seberang kantor BCA Pondok Indah…

Ini cerpen yang berbeda dari 21 cerpen lainnya karena merupakan kumpulan twitter di akun @EkaKurniawan, yang sekarang tidak lagi aktif. Ada perbaikan ejaan dan kalimat yang sedikit berbeda dengan versi twitter.

 

Fiksi Mini: Kumpulan Fiksi Mini baik yang ditulis oleh Agus Noor maupun para follower @fiksimini yang ada di buku ini, bagus-bagus, memiliki twist yang sangat menohok dan menarik. Ada satu fiksi mini yang membuatku menggelitik:

MENCARI PRESIDEN DALAM TUMPUKAN JERAMI

“Ketemu?”

“Tidak. Ini, hanya ada janji-janjinya saja.”

06-10-2012 @penenun_kata

 

Well, overall buku ini aku beri rating 4 dari 5 bintang.

 

[BOOK REVIEW]: “Mati Baik-Baik, Kawan” karya Martin Aleida oleh Ecko August

BOOK REVIEW
Mati Baik-Baik, Kawan karya Martin Aleida

oleh

Ecko August (@alandesoisons)

Image

Judul : Mati Baik-Baik, Kawan

Penulis : Martin Aleida

Penerbit : Akar, Yogyakarta

Tahun : 2009

ISBN : 978-979-19004-4-7

 

 

 

 

 

 

Dendam bisa kehilangan isi, tapi ingatan tak pernah sirna. : Terlalu pendek waktu untuk mempertimbangkan sebuah maaf. Terlalu lama aku memendam dendam yang telah membatu.

Perangkat hasil peradaban mutakhir itu hanya dibiarkan terduduk memperoleh perlakuan sebagaimana benda-benda arkais dihargai. Di situ, dia tak lebih dari penjaga jendela yang setia. Pagi dibiarkan tersapu angin dan disinggahi debu. Malam hari dia menjadi saksi bisu di pojok kamar itu.

Sebelum membaca buku ini terus terang saja bahwa saya hampir tak tahu apapun_bahkan cenderung tidak peduli_tentang apa yang sebenarnya terjadi pada peristiwa G 30 S PKI, selain apa yang sudah saya ketahui dari buku-buku pelajaran sekolah yang saya terima dengan membabi buta, seperti diinginkan pihak penguasa waktu itu, dengan tanpa menengoknya kembali hingga beberapa saat lalu. Dari buku inilah saya baru dapat mengerti efek dari peristiwa G 30 S PKI. Dari buku Mati Baik-Baik, Kawan tulisan seorang yang pernah mengalami sendiri nasib yang didapatkannya akibat kebohongan yang dilakukan militer pada waktu itu, yang dengan sepihak menuduh PKI yang berada di belakang peristiwa G30S, yang kemudian membenarkan pembantaian atas orang-orang yang dianggap terlibat dalam PKI. Martin Aleida dengan bahasa yang halus dalam buku ini hendak merekonstruksi sejarah, menceritakan kembali seputar peristiwa diantara tahun 1965-1966 yang telah mengubah banyak wajah nasib Indonesia pada masa itu.

Parang, senapan, dan bom serta tank bukanlah senjata paling mengerikan yang mampu diciptakan manusia; melainkan kebohongan stigma negative dan prasangka buruklah yang paling mematikan untuk membunuh seorang manusia. Lewat buku ini Martin seperti hendak menegaskan pandangan Harper lee(penulis buku To Kill A Mockingbird) bahwa prasangka buruk adalah kejahatan paling biadab yang bisa dilakukan oleh manusia. Pada dasarnya tak ada yang bisa dilakukan oleh seseorang yang sudah dicap buruk oleh masyarakat secara luas. Orang-orang yang punya prasangka buruk dalam hatinya telah secara otomatis menulikan telinga dan tak mempedulikan lagi pembelaan orang yang dianggap bersalah. Kita seringkali tak mampu menduga apa sih yang mampu diperbuat prasangka buruk? Bahwa prasangka buruk sangat mampu membuat seseorang putus asa; dan dari pengalamanku, aku tak bisa berbuat apa-apa untuk membantu seorang yang sedang berputus asa. Tidak!! Orang yang berputus asa pada nasib tidak akan tertolong kecuali oleh dirinya sendiri yang mau; bahkan superman pun bisa mati oleh prasangka buruk!

Terdapat Sembilan cerita pendek di dalam buku ini, dan dalam kesembilan cerpen itu Martin Aleida menuliskan kembali sejarah yg telah sekian lama disembunyikan kekuasaan pada masa itu. Bahwa cerpen-cerpen itu seolah hendak melawan pemalsuan sejarah yang terjadi beberapa dekade lamanya. Hal-hal yang dengan sendirinya luput dari memori generasi muda zaman sekarang, yang tak mengalami masa-masa penuh ketakutan pada tahun 1965-1966. Cerpen-cerpen Martin Aleida menggambarkan dengan begitu baik efek dari peristiwa G30S PKI.

Dalam kerangka besarnya, di buku ini Martin Aleida seolah konsisten hendak menunjukkan bahwa stigma buruk PKI dan prasangka buruk telah mengambil kehidupan tokoh-tokoh cerpen dalam buku ini

Salah satu cerita pendek yang saya tak bisa lupakan dari buku ini adalah cerpen‘Mangku Mencari Doa di Daratan Jauh’. Sebuah cerita tentang tokoh Mangku yang memanusiakan seekor kera(sahabatnya) yang mati karena gigitan anjing gila. Mangku yang merasa tidak dimanusiakan oleh sesama manusia memilih untuk menguburkan mayat kera (sahabatnya) dengan pemakaman yang layak untuk seorang manusia. Dan diatas makam kera itu mangku berdoa dan berkata, “Persis sebagaimana kau dikuburkan ini, begitulah kematian yang kuinginkan. Mati baik-baik, kawan. Diiringi doa….” dari cerpen pertama inilah judul buku ini diambil

Cerpen berikutnya yang berjudul “Bertungkus Lumus”, berkisah tentang seorang guru perempuan yang ditangkap pihak militer karena baru-baru saja dia menikah dengan seorang aktivis yang diduga turut membantai para jenderal TNI di jakarta. Betapa ia, seorang guru yang berilmu, yang tidak tahu apa-apa tentang PKI, ditangkap dan diperlakukan tak senonoh. Pada waktunya datang pertolongan yg ia memang harapkan, datang seorang kapten yang berkata “aku tahu kau bukan PKI, ikutlah aku..” yg terjadi kemudian adalah bahwa ia dijadikan gundik. Bahwa seorang guru diperlakukan seperti barang hak milik adalah sebuah penderitaan yang tak paling tak beradab. “Dendam bisa kehilangan isi, tapi ingatan tak pernah sirna.”

Cerpen “Ratusan Mata Di Mana-Mana” adalah cerpen terakhir di buku ini. Di sini, Martin Aleida mengisahkan bagaimana kehidupannya setelah ia di bebaskan dari tuduhan terlibat G30S PKI. Bagaimana dia memulai untuk menata hidupnya lagi. Martin Aleida akhirnya bisa bekerja sebagai wartawan di Tempo. Tapi, sekali lagi, bahkan di antara kalangan orang-orang terpelajarpun Martin akhirnya mendapatkan perlakuan yg berbeda ketika rekan-rekan kerjanya mengetahui bahwa Martin pernah DITUDUH terlibat gerakan G30S PKI.

Selain cerpen-cerpen diatas, Leontin Dewangga, Ode selembar KTP, Dendang perempuan pendendam adalah cerpen-cerpen lain yang punya penggambaran efek dari G30S PKI yg sangat baik dan halus. Buat saya pribadi, Ode selembar KTP dan Leontin Dewangga adalah cerpen yg paling saya sukai dalam buku ini. Untuk lebih mengenal siapa dan bagaimana karya karya Martin Aleida lebih dalam dan lebih detil, ada sebuah essai dari Katrin Bandel yang dimuat di halaman terakhir dalam buku ini; Martin Aleida dan sejarah, yang membicarakan karya-karya Martin Aleida, dari sana kita bisa lebih mengenal Martin Aleida dan karya-karyanya. Dan tentu saja Katrin Bandel adalah orang yang lebih kompeten dalam hal ini daripada saya, maka ada baiknya saya tak lebih banyak cakap lagi selain menghimbau untuk membaca sendiri buku ini 🙂

Buku ini sangat dianjurkan untuk mereka yg hendak tahu apa sih imbas dari gerakan G30S PKI dan pembantaian masal yg terjadi setelahnya; juga bagi orang yg masih suka berprasangka buruk, sudah seharusnya mereka berhati-hati. Dari aku, aku kasih 5 bintang untuk buku ini. Dari bahasa dan cerita, aku cuma bisa kasih jempol aja.